Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Untukmu, yang Tak Tahu Kelak dengan Sebutan Apa Aku Memanggilmu



Teruntuk Kamu
 Aku enggak tahu kelak akan memanggilmu apa; Mas, Aa, Daeng, Abang, Kakaaa atau Oppa. Itu karena belum jelas di mana pada belahan bumi ini kita nanti akan bertemu : apa Kalimantan, Jawa, Sumatra, Sulawesi, Papua, atau barangkali kamu akan berasal jauh, dari negeri gingseng sana (meski kedengarannya mustahil, tapi kamu tahu kan bahwa, tidak ada perkara mustahil bagi takdir Allah yang bernama jodoh ini).

Meski begitu, izinkan aku berharap dari mana pun asal daerahmu, kamu tetaplah nahkoda terbaik yang disiapkan Allah untuk menemaniku berlayar mengarungi kehidupan. Kamu masihlah kapten andal yang selalu bisa membuatku betah berlama-lama di sebelahmu, sekali pun ombak-gelombang menerjang mahligai kita nanti.

Lalu, semisal kehidupan pernikahan itu adalah secangkir espresso, aku berharap bisa menjadi es krim vanila yang mendinginkan panasmu, menetralkan pahitnya kehidupan yang kamu hadapi, untuk kemudian kita dapat rasai bersama layaknya menandaskan secangkir affogato di siang hari yang penuh terik. Bahwa, sepahit apa pun hidup, kita bisa tetap menikmatinya ... bersama.

Wahai kamu, aku tidak menuntut padamu untuk datang se-segera mungkin, sebab aku percaya, menikah bukan semacam perlombaan di mana yang cepatlah pemenangnya. Aku juga percaya, hal baik akan selalu datang di saat yang sesuai. Saat kamu siap dan aku bersedia. Bukankah nama kita telah tertulis jauh-jauh hari sebelumnya, di Lauh Mahfudz?

Terlepas dari kapan kita akan benar-benar dipersatukan, aku berharap, dan sangat berharap kita berada dalam payung yang sama. Payung iman bernama Laa Ilaha Illallah. Iman yang bisa membimbingku pada pribadi yang ihsan, yang ikhlas menerima goresan pena yang Allah tuliskan dalam kehidupan kita.

Teruntuk Kamu,
Assalamu alaikum.

Oleh Siran